Apa yang kita tanam, Itu yang kita tuai

 Senin 27 Desember 2021

Kadang kita memang perlu diingatkan berkali kali tentang hal yang sama, walaupun hal tersebut sudah sering kita dengar, atau mungkin bahkan kita yang mengucapkannya kepada orang lain. Tapi hakikat kita sebagai manusia, tempatnya lupa khilaf dan salah. 

Pembahasan kali ini tentang "Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai". Aku tidak ingin membahas topik yang terlalu berat, aku hanya ingin berkongsi dengan yang ringan ringan saja akan tetapi dapat membuka pola fikir kita.

Sudah menjadi fitrah kita, saat kita berbuat baik maka kebaikan itu sendiri akan kembali kepada kita. Ini bukan hanya sekedar tentang itu, diantara kita pasti pernah berfikir, kenapa anak anak sekarang sepertinya sangat dimanja oleh orangtuanya.

Aku ingat masa kecilku antara kelas 4 sampai dengan 6 SD, kisaran umur 10 sampai 12 tahun. Ketika aku pulang petang dan hampir adzan Maghrib berkumandang, ibu akan memarahiku habis habisan, kadang bisa saja memukulku, ingat ya aku bilang kadang, tapi kebanyakan ibu hanya akan mengoceh. Kenapa ibu sampai semarah itu padaku? analisaku sederhana saja, saat itu aku belum mandi sore, dan pastinya aku sedang berkeringat karena aku tergolong anak yang hiperaktif, dan itu pasti bau, posisinya akan sholat Maghrib, aku tidak tahu kenapa, saat aku kecil sholat itu menjadi fokus utama para orangtua di kampungku, kampung Buatan II. Ibuku tidak ingin aku melewatkan sholat maghrib berjamaah di mesjid, bagi ibuku itu sangat penting, karena sehabis itu agendaku mengaji dengan ibuku.

Kenapa aku bandingkan dengan masa kecilku?? Karena itu contoh yang paling dekat, aku tidak tahu masa kecilmu bagaimana. Aku bandingkan sekarang, yang terlihat oleh mataku saja ya, bukan berarti semuanya terjadi seperti yang aku katakan, hanya yang aku lihat saja, Aku beberapa kali melihat anak anak bermain sampai Maghrib, bahkan ada yang ketika sholat maghrib selesai, si anak baru sampai dirumah, dan itupun tidak dimarahi, tidak diberikan ultimatum bahwa yang dilakukan anak adalah perbuatan yang salah. Mereka membiarkannya, apakah itu tidak begitu penting bagi mereka? 

Satu lagi yaitu saat aku berbuat salah disekolah dan dimarahi oleh guruku, aku mengadu kepada ibu atau bapakku, malah aku tambah dimarahi oleh orangtuaku. Nah, kubandingkan lagi, sekali lagi ini tentang apa yang aku lihat, bukan berarti semuanya seperti itu yaaaa, beberapa kali aku melihat, si anak yang berbuat salah disekolah, ketika pulang ia mengadukannya kepada orangtua, lalu orangtua datang kesekolah untuk memarahi guru. Apakah pendidikan guru sekarang ada yang berubah dari pendidikan dari guruku dulu sewaktu kecil??

Apa hubungannya dengan menuai apa yang kita tanam?? Kaitannya adalah kita yang ada sekarang, itu adalah hasil kerjasama pendidikan dari orangtua dan guru kita saat kita kecil, karena apa yang kita lakukan sekarang, tidak kita lihat hasilnya sekarang, akan kita lihat 10 atau 20 tahun yang akan datang. 

Kalau kita tanamkan pendidikan karakter kepada anak sejak sekarang, kita akan lihat pendidikan karakternya 10 atau 20 tahun mendatang, atau kalau sekarang kita mengajarkan tentang ketakutan, penyimpangan dan lain lain, hasilnya juga tidak sekarang, kita akan lihat anak anak tersebut tumbuh dengan pola fikir yang kita tanamkan pada saat mereka masih kecil.

Jadi apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai. Pepatah lama, tapi akan selalu kita gunakan selama hidup kita.

By Blank

No comments:

Post a Comment