Bukannya Cengeng, Tapi . . . . . .

17 Januari 2020

Sudah dua kali mataku dibikin berair oleh anak anak muridku ini.
Dua duanya terjadi pada hari Jum'at, karena pada hari Jum'at anak anak melakukan kegiatan Muhadhoroh.
Dua Jum'at sebelumnya dari Kelas empat 'Abdullah Bin 'Umar. Mereka menampilkan drama tentang "Detik detik kematian Rasulullah S.A.W". Mereka membawakan dengan baik, dengan intonasi yang pas potongan kata dan lirihan yang tepat. 
Mengingat hatiku ini paling mudah tersentuh, apalagi mengenai kisah Rasul dan sahabat, karena takut terlihat oleh anak anak, cepat cepat kuhapus airmataku berulangkali.

Aku orang yang sangat imajinatif, seketika ada orang yang menceritakan, fikiranku langsung membayangkan tentang latar, kondisi, suasana yang terjadi saat diceritakan. Betapa sedihnya ketika kubayangkan diakhir hayatnya Rasulullah, kekasih Allah yang masih memikirkan umatnya bukan kematiannya yang ditakutkan, tetapi bagaimana nasib umatnya sepeninggalannya nanti.
Aaah kan apa kubilang, sedang menulis ini pun airmataku kembali basah dan lembab.

Yang kedua barusan terjadi, yaitu Muhadhoroh yang ditampilkan oleh kelas empat juga yaitu kelas 'Abdurrahman Bin 'Auf. Mereka menampilkan drama tentang "Kerinduan Bilal Bin Rabbah" kepada Rasulullah, jika kalian ingin tahu ceritanya coba saja dicari cerita tentang Bilal Bin Rabbah setelah kematian Rasulullah.

Tidak sesedih yang ditampilkan oleh Kelas 'Abdullah Bin 'Umar, tapi tetap saja airmataku tak terbendung, perlahan setetes demi setetes jatuh, seketika langsung kuhapus, karena tak ingin anak anak melihat airmataku berderai, nanti ku diejek sama mereka.

Salut sama mereka yang pintar mencari bahan drama untuk Muhadhoroh.

By Blank

No comments:

Post a Comment